Dua hal yang sering ditemui di luar sana yang pertama adalah Dunning Kruger Effect. Banyak orang yang terlalu kepedean, padahal kompetensi dan keahliannya minim. Akan tetapi saking pedenya, mereka sendiri tidak paham bahwa sebenarnya mereka bukan apa-apa, tapi yakin bisa dan menguasai sesuatus keahlian. Istilahnya, terlalu tidak tau untuk tau bahwa diri mereka sok tau. Efek semacam ini adalah bias kognitif dari orang-orang yang berperan, berfungsi atau memiliki pengetahuan terbatas namun merasa bahwa kesuksesan yang dihasilkan adalah buah dari kerja mereka. Mereka dengan pengetahuan terbatas dalam domain intelektual atau sosial ini sangat melebih-lebihkan pengetahuan atau kompetensi mereka relatif dengan kemampuan orang-orang pada umumnya. Secara sederhana, Dunning-Kruger Effect adalah fenomena di mana orang-orang yang bodoh atau berkemampuan lemah cenderung memberikan penilaian yang tinggi terhadap dirinya sendiri.
Misalnya, sebuah acara yang sukses dan menarik perhatian adalah karena pembicara yang meyakinkan dan menguasai permasalahan. Akan tetapi, ada penyelenggara mengira bahwa datangnya banyak orang tersebut adalah karena peran mereka. Merekalah yang mengira bahwa kesuksesan tersebut lantaran mereka begitu mampu menarik banyak orang. Kepedean? Pasti. Sebab dengan sikap sotoy tersebut mereka melakukan overestimasi tanpa menganalisis lebih kritis. Sikap semacam ini menjadi berlarut dan akut karena tidak ada evaluasi yang mendalam. Selain itu, siapapun yang menjadi bagian dari penyelenggara tersebut, tidak ada satu pun yang menyadari. Semua saling memuji dan membesarkan hati. Sama halnya seperti di media sosial, orang-orang yang nggak ngerti politik malah rajin berkomentar dibandingkan mereka yang ngaku paham.
Sebaliknya, yang kedua adalah Imposter Syndrome. Ini adalah kondisi psikis di mana ada orang yang merasa tidak pantas meraih sebuah kesuksesan. Mereka justru cemas bahwa suatu saat kelak orang lain akan tahu dan mengejek dirinya cuma penipu yang tidak pantas dengan segala prestasi dan keberhasilannya. Dengan kata lain, nggak pede berlebihan. Orang yang mengalami Imposter Syndrome biasanya merasa bahwa dirinya tidak secerdas, sekreatif, atau berbakat seperti yang terlihat dan diketahui orang lain. Ia justru merasa setiap pencapaian yang diraihnya hanya disebabkan oleh kebetulan atau keberuntungan semata.
Lima kategori di dalam Imposter Syndrome adalah The Expert yang selalu mencari informasi baru yang akhirnya membuatnya melupakan tugas yang harus mereka kerjakan, The Perfectionist yang gelisah gegara target terlalu tinggi, The Superhero yang selalu berusaha lebih keras dibandingkan orang lain karena resah, The Natural Genius yang cemas jika lama menguasai satu hal dan The Soloist yang ingin membuktikan dirinya mampu tanpa bantuan orang lain. Intinya, rasa cemas yang berlebih akan membuat mereka gugup dan tidak puas.
Jadi ada orang-orang yang merasa kepedean dan cepat puas sehingga menganggap dirinya pakar, ada juga yang minder dan cemas sehingga selalu mengira dirinya gagal. Kedua hal itulah yang menghambat proses sebuah pencapaian yang idealnya dipenuhi dengan sikap rendah hati, kerjasama, fokus, berani mengevaluasi secara obyektif serta sadar diri ketika tidak bermain di ranah yang tidak dikuasai. Nah, situ masuk yang mana?