Kalau disuruh memilih, lebih suka mana antara amatir atau profesional? Umumnya orang membedakan keduanya dengan asumsi bahwa amatir itu tidak secanggih atau sebagus kerja profesional. Amatir asal-asalan, profesional lebih serius. Begitu katanya. Padahal sebenarnya tidak demikian. Kerja amatir itu atas dasar suka. Namanya juga amatir berasal dari kata amor atau cinta. Jadi melakukan sesuatu atas dasar kecintaan atau kegemaran. hasil yang didapat bisa jadi lebih serius atau bahkan lebih bagus, karena rasa suka untuk mengerjakannya. Beda halnya dengan profesional; mengerjakan sesuatu karena dibayar. Tuntutannya jelas lebih tinggi. Jika amatir karena ada faktor internal seperti rasa suka, profesional karena faktor eksternal karena ada permintaan dari klien, pelanggan, pembeli atau sejenisnya. hasil yang diminta juga harus memenuhi standar tersebut. Kalau bisa malah lebih sebagai part of servicing, par of excellence dan lainnya.
Jadi mau amatir atau profesional, sebenarnya nggak masalah. Semua punya ukuran masing-masing. Malah yang kerap membedakan adalah soal waktu. Amatir relatif membutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakan sesuatu karena ketelitian dan kecintaan. Ingin mendapatkan yang terbaik. Proses bisa jadi lebih lama. Sementara profesional dikejar waktu. Ada tenggat yang harus dipenuhi karena permintaan orang lain yang sudah membayar. Maka yang terbaik adalah mengerjakan sesuatu dengan passion, namun sekaligus juga mampu memenuhi bahkan melampaui ekspektasi orang lain sesuai denga waktu, tenaga, pikiran dan dana yang diberikan. Mau amatir atau profesional, tetap pula harus ada hasrat untuk mengerjakan secara serius.
Lantas apa yang terburuk? Menjadi amatir tanpa rasa suka. Mengerjakan sesuatu bukan karena demen, tapi cuma karena butuh duit. Itu baru amatiran. Atau menjadi profesional tapi tidak memiliki standar kerja yang baik. Merasa bisa pula. Keduanya sama saja. Minim pengetahuan, miskin pengalaman, hanya sekedar hasrat untuk mencari profit. Sama sekali tidak ada kehormatan di situ. Hal semacam ini lumrah terjadi zaman sekarang, ketika orang menjadi kepepet butuh tapi tidak pernah mengasah keahlian yang dimiliki. Tapi mereka lupa, bahwa pasar punya mekanisme tersendiri untuk mengenali dan memperlakukan siapapun. Kalo cuma butuh duit, paling juga dapet recehan dan senang. Maka jangan mengeluh juga seandainya tidak kemana-mana kan?