Tau yang namanya iri hati, sirik atau dengki? Biasanya dalam bahasa Inggris disebut dengan kata envy, bukan jealousy atau cemburu. Kalo sekedar jealous, adalah kondisi emosi yang mengacu kepada perasaan kekuatiran atau tidak aman. Misalnya orang cemburu ketika melihat pasangannya akrab dengan orang lain.Dia kuatir kalo kenapa-kenapa kan? Emosinya langsung membayangkan segala hal jangan-jangan begini begitu. Iri berbeda dengan cemburu. Iri adalah kondisi emosi ketika seseorang tidak memiliki kualitas lebih entah prestasi atau kepemilikan ketidak ia membandingkan dengan orang lain. Misalnya ada orang iri melihat rekannya punya nilai lebih baik atau kepemilikan yang lebih berkualitas dibandingkan dirinya. Akan tetapi baik cemburu atau iri, ujungnya bisa sama yakni rasa marah, terluka, sakit hati dan acapkali melahirkan tindakan yang kontraproduktif bahkan destruktif baik terhadap orang lain maupun dirinya sendiri.
Bahasan tentang rasa iri hati rupanya juga sudah lama menjadi perbincangan filsafat. Misalnya Aristoteles dalam Retorika, memberi definisi bahwa iri hati adalah perasaan sakit ketika melihat nasib baik orang lain. Sakit itu muncul karena berpikir bahwa orang lain itu justru memiliki apa yang seharusnya diri ini memiliki. Sama halnya dengan Bertrand Russell menulis dalam The Conquest Of Happiness, bahwa iri hati adalah penyebab paling kuat dari ketidakbahagiaan. Dengan kondisi awal seperti itu, umumnya perasaan iri hati dapat menyebabkan dua cabang keputusan yang terpisah. Cabang yang pertama adalah mereka yang iri kemudian merasa harus berkompetisi untuk bisa menjadi lebih baik daripada orang yang disirikin. Iri pada jenis ini adalah bermakna menjadi sumber motivasi. Perasaan tidak puas atau iri dalam hal ini adalah bermakna positif jika rasa tidak ingin kalah itu diterjemahkan kepada tindakan kompetitif yang sehat. Akan tetapi, kompetisi yang sering terjadi malah sebaliknya. Mereka yang iri, malah hanya berusaha meniru alias mimikri. Tentu saja ini bisa di luar kemampuannya. Jari-jari mau meraih sama tinggi, tapi kaki melayang di atas tanah.
Cabang yang kedua adalah mereka yang iri kemudian menjadi marah, tersinggung, terhina dan tindakan yang dilakukan adalah bersifat kontraproduktif. Maka tidak heran jika dalam ruang seperti ini, mereka yang iri menjadi berusaha untuk menjatuhkan orang lain, membuat seakan tidak berarti seperti halnya dirinya, atau berupaya membuat orang lain itu mempunyai rasa malu, marah, tersinggung dan terhina seperti dirinya. Buat apa? Ya namanya juga iri. Biar nggak ada yang lebih menonjol saja sudah bagus, apalagi sukur-sukur bisa jatuh lebih rendah kan? Itulah sebabnya kedua cabang tersebut tidak ada yang lebih baik satu sama lain. Iri hati adalah penyakit hati yang menggerogoti diri, sampai lupa untuk melakukan sesuatu yang lebih baik buat dirinya sendiri. Bayangin aja, pikiran dan perasaan sudah memberi ruang untuk rasa iri adalah sama dengan memupuk dendam. Ketika dendam, yang bersangkutan secara sadar atau tidak akan berusaha untuk melakukan tindakan apapun demi orang lain, yang akan menguras emosi. Terus apa hasilnya? Nggak guna juga. Malah ngabisin diri sendiri. Padahal orang yang disirikin juga belum tentu peduli.
“They'll either want to kill you, kiss you, or be you.” ~Suzanne Collins, Mockingjay
Jadi iri hati itu percuma. Kenapa? Sebab pertama, iri hati adalah pernyataan tidak langsung dalam wujud ketidakdewasaan bahwa diri ini sedemikian lemahnya sehingga energi yang mampu menggerakan diri untuk bisa merasa lebih baik adalah cuma menjadi dengki. Bisa merasa lebih baik lho ya, bukan lebih baik. Iri hati adalah ekspresi bahwa dengan ketidakberdayaan seperti itu, adalah juga pengakuan bahwa keberhasilan atau kesuksesan orang lain jadi tolak ukur yang penting. Lha buat apa? Emangnya dirimu nggak bisa ngapa-ngapain gitu? Kalo emang nggak bisa ya pantes aja sirik. Kedua, iri hati menyebabkan tindakan lain yang juga sama bersifat sumir seperti meniru, ikut-ikutan, nggak mau kalah, klaim ini itu, kemudian mulai omong besar bisa nganu ngono. Padahal orang yang dianggap sukses dan berhasil sampai disirikin itu punya dunianya sendiri. Nggak perlu ngecap karena memang itu sudah dikerjakan. Nggak perlu tepuk dada karena reputasi sudah ada duluan. Orang yang sirik biasanya memang mulai dengan kekosongan sehingga butuh angin untuk bisa mengisinya. Bagaimana kalo dibuktikan? Ya anyep.
Ketiga dan terpenting, iri hati yang kemudian diekspresikan sebagai tindakan untuk menganggu bahkan menghina orang lain sebenarnya sangat menguntungkan bagi yang disirikin. Kenapa? Anggap aja amplas. Makin digosok, makin kinclong. Semakin banyak omongan mulai dari kritik hingga cacian itu tandanya mereka peduli. Orang yang dijadikan bahan dengki adalah begitu penting dan berharga sampai merek meluangkan pikiran, perasaan bahkan waktu untuk itu. Mulai dari ngintip status medsos sampe bergunjing dengan sesamanya. Buat mereka yang iri, semakin menunjukkan juga bahwa hanya itu yang bisa dilakukan. Sehari-hari udah anyep, tenggelam dalam rutinitas palsu yang bisa jadi nggak produktif. Makanya mereka kesel. Iri bilang boss, sebab kalo nggak bilang ntar tambah nyesek.