Manusia itu seperti baterai. Punya energi yang relatif bisa digunakan untuk beraktivitas sehari-hari. Baterai itu tidak selamanya penuh. Acapkali perlu di recharge dengan menikmati kesenangan, me time, supaya bisa kembali terisi dan merasa segar. jadi setiap orang punya baterainya masing-masing dengan berbagai kondisi. Sama halnya dengan ponsel, ada daya dan kapasitas yang berbeda tergantung merek, kegunaan dan pemakaian.
Hal yang menarik ternyata di antara beragam kondisi baterai manusia tersebut, ada dua tipe yang menyolok sebagai perbedaan. Tipe pertama, adalah baterai yang selalu penuh seratus persen. Wajar saja, karena kabel powernya nggak pernah dilepas. Selalu bergerak aktif sana sini mengerjakan ini itu. Kalau bisa semua dicoba. Tujuannya sih jelas, harus ada keuntungan material yang bisa didapat dengan jumlah sangat besar. Apa aja dijabanin deh. Semua harus dikejar sebab itu jadi pembuktian kerja kerasnya. Sebab selain sudah mendesak, sepertinya memang berasa pantas untuk mendapatkan sesuatu. Sayangnya, model begini gampang frustrasi. Dari semua hal yang dikerjakan, nyaris tidak ada yang maksimal. Wajar saja, terikat dengan kabel yang cuma satu meter membuatnya tidak bisa banyak bergerak ke habitat lain. Dia takut kalo mendadak baterainya surut. Meski lelah fisik dan mental, tetap harus memaksakan diri. Semakin kecewa, maka semakin gelisah.
Tipe kedua, adalah mereka yang baterainya nyaris kosong. Tipikal berdiam diri enggan bergerak kalo nggak terpaksa atau kepepet. Lebih menikmati kenyamanan untuk doing nothing ketimbang harus berpayah-payah yang menurutnya buang waktu dan tenaga. Sudah enak dengan apa yang diterima. Bukan karena melimpah, tetapi karena pada saat itu dianggap mencukupi. Masalahnya, situasi selalu berubah. Ketika ternyata sudah tidak cukup barulah gelisah. Mau bergerak juga harus ada iming-iming nyata. Tapi apa yang mau dikerjakan? Zona nyaman yang selama ini dinikmati nyaris membuat baterai karatan dan terancam mati. Akhirnya apapun juga dicoba. Sama persis dengan tipe sebelumnya yang sudah kelojotan, meski yang ini baru mikir belakangan.
Penggambaran kedua tipe tersebut sebenarnya mencerminkan bahwa manusia selalu punya antisipasi yang berbeda terhadap perubahan situasi. Akan tetapi memaksakan atau membiarkan diri ke dalam situasi tersebut dapat membuat baterai alias daya hidup seseorang menjadi terancam. Baterai yang selalu penuh bisa jadi menggembung dan yang selalu nyaris kosong juga berusia pendek tak mampu mengantar daya. Demikian pula dengan orang yang bersangkutan; bisa jadi jumpalitan atau duduk diam, ya tergantung bagaimana memperlakukan baterai masing-masing. Jadi cukuplah hidup yang normal saja. Adakalanya harus diisi penuh, lepas kabel, digunakan beraktivitas maksimal, ketika nyaris kosong ya dibiarkan isi lagi dengan santai. Masa iya dipake terus? Jebol ntar.