Hingga saat ini masih banyak orang yang belum dapat membedakan antara Curriculum Vitae atau CV dengan resume. Sebuah CV bercerita tentang perjalanan hidup, bisa lebih dari satu halaman dan sangat detail. Sebaliknya, resume hanya fokus kepada sebuah keahlian yang relevan dengan posisi tertentu, cukup satu halaman dan tetap harus bisa menarik. Sebab seringkali resume yang buat hanya dalam batasan tersebut, menjadi kaku, tidak enak dibaca, bahkan nggak nyambung dengan tujuan yang dimaksud. Mau ngelamar jadi karyawan malah cerita hobi bikin Gundam.
Lantas bagaimana supaya bisa menarik? Pertama, tentunya sebuah resume harus bisa nendang. Kuncinya adalah bagaimana orang membaca bisa jadi lanjut dari awal hingga akhir. Pada bagian pertama harus ada paragraf singkat yang menyatakan bahwa ente cocok dengan pekerjaan yang ditawarkan. ada poin-poin penting soal keahlian, pencapaian, sertifikasi, penghargaan dan sejenisnya. Tentu saja harus menggunakan format dan huruf yang mudah dibaca serta konsisten berikut dengan surat pengantar yang dibuat.
Kedua, jangan pernah nanggung kalo bikin resume. Pamer sekalian juga penting soal bagaimana kehidupan kerja yang suda pernah dilakukan. Kalo ada prestasi ya sebutin. Sebab resume yang datar-datar saja jadi membosankan untuk dilirik, Ntar ujungnya malah dibuang ke recycle bin. Selain itu, pastikan jika apa yang ditawarkan sesuai dengan permintaan. Sekurangnya pengetahuan dan kepemimpinan itu penting untuk ditonjolkan meski posisi yang ada belum tentu masuk dalam kategori manajerial. Gapapa, berani dikit.
Ketiga, dengan demiki informasi yang diberikan juga harus relevan. Nggak perlu nyebuti sekolah dari TK SD sampe lulus kuliah. Cukup pendidikan terakhir plus pengalaman berkaitan dengan posisi yang sekarang sedang diincar. Kalo ada pengalaman lain yang mendukung, tambahin sekalian. Jadi menjual diri eh keahlian diri itu mutlak dan nggak butuh basa-basi atau merendah. Akan tetapi tentu saja informasi yang diberikan juga harus dapat dipertanggungjawabkan. Jangan sampai overselling trus kicep begitu ditanya lebih dari yang diketahui atau dikuasai.
Keempat, penguasaan teknis dalam pembuatan resume seperti layout, pilihan diksi hingga huruf adalah penting. Mengapa? Sebab banyak orang yang meski sangat terdidik tapi buta hal teknis. Mau menjual keahlian diri ujungnya malah jadi jual mahal. Mau kerja tapi nunggu ditawarin. Atau malah pada jaman ketika orang sudah mulai menciptakan kerja, ini masih terseok-seok melamar. Padahal usia sudah tidak muda, keahlian terbatas, wawasan nggak luas, pengalaman minim, cuma bisa Word tapi Powerpoint, bahkan Excel berantakan.
“If you're waiting until you feel talented enough to make it, you'll never make it.” ~Criss Jami
Jadi mencari orang atau sebaliknya tempat kerja yang tepat itu ibarat cari jarum di tumpukan paku. Resume adalah cara cepat untuk membuat sebuah pernyataan diri atau self statement yang idealnya segera dapat dipahami oleh user atau mereka yang membutuhkan tenaga dan pikiran calon pegawai baru. CV memang bisa bercerita banyak, tapi resume adalah fokus kepada hal tertentu yang memang dicari atau dibutuhkan. Artikel ini ditulis lantaran sudah pernah gerah membaca begitu banyak CV hingga resume yang sebenarnya tidak memuaskan. Bikin sakit mata. Bukan soal apa yang ditawarkan saja, tetapi justru inkonsistensi itu kerap datang dari hal yang bersifat teknis. Misalnya rentang pengalaman kerja hingga keahlian bisa tidak sinkron. Minta resume, malah dikirim CV berpanjang lebar. Diminta menjelaskan keahlian relevan, malah cerita hal lain. Ditanya ketrampilan yang mendalam, eh ujungnya malah referensi orang dalam. Repot kan? Repotlah. Ditinggal ngopi saja kalo gitu.