Kadang sering terbersit dalam pikiran, terutama ketika melihat orang menggunakan kata etika dan etiket tapi ternyata nggak tau bedanya. Semisal umpatan, dasar nggak punya etika! Padahal apa yang dibicarakan adalah soal buang sampah sembarangan yang notabene adalah urusan etiket. Tapi kayaknya yang begitu jadi biasa. Maksudnya, biasa terbolak balik jadi bakal bingung sendiri membedakan mana yang sebenarnya masuk dalam ranah etika, dan mana pula yang masuk dalam pembahasan etiket. Apalagi di dalam keseharian, banyak pula kejadian lebih dari sekedar buang sampah sembarangan seperti menyerobot antrian, meludah dan buang sampah sembarangan, nyelonong sana sini, bahkan lidah kelu bilang minta maaf dan terima kasih pada setiap kesempatan.
Etika sendiri adalah konsep yang berwujud kepada norma mengenal apa yang benar dan tidak benar di dalam masyarakat. Norma tersebut menjadi tradisi atau kebiasaan yang bisa diterima. Etiket sendiri adalah manifestasi etika dalam soal cara, perlakuan, atau kebiasaan seperti tingkah laku. Jika etika itu besar dan konseptual, etiket adalah kecil dan praktik. Etika adalah soal nilai, etiket adalah perbuatan. Jadi buang sampah sembarangan itu soal pelanggaran etiket. Kalo dari sisi etika, ya norma hidup bersih.
Nah, membedakan hal seperti emang ribet. Jangankan yang nggak pernah belajar filsafat, mereka yang pernah sekalipun suka lupa di dalam keseharian untuk memisahkannya. Akan tetapi yang menarik sebenarnya adalah bicara soal etiket. Kalo etika, biarin ajalah ya. Urusan moral, kepantasan, akal budi, keputusan segala macam simpen aja dulu. Ntar malah ribut soal subyektivitas, obyektivitas segala rupa. Lantas kenapa etiket jadi menarik? Sebab tanpa sadar meski kepala orang susah terbiasa dengan pengetahuan tentang norma, namuan praktiknya tidak semudah itu. Semisal, orang paham kok tentang bagaimana hidup bersih itu sangat bermanfaat. Tapi begitu naik kendaraan, puntung rokok dilempar keluar. Atau malah diinjak di dalam mobil. Orang tau bahwa tong sampah diperlukan di tempat umum. Tapi membuang sampah ke situ aja males, bahkan tongnya bia dicuri. Begitu pula dengan mengantri. Kebiasaan mengantri itu adalah ciri masyarakat modern. Akan tetapi, orang yang malas mengantri bahkan berebut malah nggak mau dibilang barbar. Padahal Conan The Barbarian juga nggak gitu-gitu amat.
Itulah sebabnya etiket bukan sekedar basa-basi, sopan santun, tata krama atau kebiasaan yang dianggap membosankan. Bayangin aja, ada orang yang nyebrang jalan terus mengucapkan terimakasih secara spontan kepada petugas di dekatnya eh malah diketawain oleh pengguna jalan lainnya. Dianggap kuno, norak dan jadul. Padahal mengucapkan terimakasih itu bukan basa-basi, tapi cermin dari karakter yang bersangkutan. Jadi bicara soal etiket itu menarik sebab meski manusia terdidik dengan baik di kepala secara konsep, tapi dalam tindakannya belum tentu selaras. Bisa jadi itu hanya asupan kognitif saja, sementara perbuatannya masih primitif.
Contoh-contoh sederhana mengenai etiket itu sangat beragam, tapi tidak sepenuhnya dilakukan. Misalnya, kalo pinjem motor atau mobil, balikin dengan keadaan kinclong dan jangan lupa isi bensinnya. Kalo dibawain oleh-oleh sama tetangga atau tamu, jangan lupa kembalikan tempatnya dengan terisi. Kalo diundang makan, tunggu dipersilahkan. Pilih menu setelah bertanya kepada tuan rumah. Jika ditraktir, jangan gragas ambil yang paling mahal dan enak. Ngomong dulu minta ijin, atau ikuti pilihan orang yang ntraktir. Jangan pernah minta sesuatu kepada orang lain jika tidak ditawari. Kalo berjalan, ambil sisi yang protektif terhadap perempuan entah saudara atau teman. Biasakan bilang terimakasih dalam segala kesempatan. Minta maaf kalo terlambat. Mudah? Kelihatannya.
Dengan demikian, perihal etiket semacam itu tidak sepenuhnya bisa dipahami oleh semua orang. Bisa jadi ada yang bertanya-tanya, mengapa harus begitu? Pertama, bisa jadi karena latar pendidikan non formal atau pergaulan. Nggak biasa berinteraksi dengan orang lain yang membutuhkan pengertian dan pelaksanaan etiket tertentu. Bilang aja ini kuper jadul kagak gaul. Nggak usah basa-basilah ngasihtaunya. Kira-kira gitu. Apalagi di rumah nggak pernah diajarin. Kedua, kurang wawasan itu kemudian membuat pengertian sepihak bahwa apa yang biasa dilakukan dirinya dalam lingkungan terbatas, berlaku juga buat orang lain.
Maka nggak heran jika orang tua menjadi sangat berperan dalam hal ini. Ujungnya soal etiket ya kaitannya dengan parenting ya? Maka didikan sejak dini di rumah itu membentuk cara pikir, mental dan perilaku seseorang sejak usia muda hingga dewasa dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Ini bukan saja soal pembedaan mana yang baik dan tidak baik, bukan saja soal kepantasan, tapi tindakan yang sesuai dengan norma tersebut. Apalagi jaman sekarang beda banget. Orang tua jaman dulu bakal pake sapu atau lempar sendal dalam rangka memberitahu anaknya mana yang boleh atau tidak. Kalo bertamu ke rumah orang, jangan main ambil apapun. Kalo ditawari sesuatu, konfirmasi dulu untuk diijinkan atau tidak. Orang tua jaman sekarang? anaknya main comot, lari-lari, teriak di rumah tempat bertamu. Cara menegurnya, malah diajak diskusi seolah udah dewasa bisa ngerti sendiri. Mana mempan. Ah, ntar pada protes bilang udah beda jaman. Tapi tetaplah intinya emang buta soal etiket sejak dini itu bahaya.
Good manners will open doors that the best education cannot. ~Clarence Thomas
Itulah sebabnya jadi aneh kalo orang paham, belajar bahkan bisa mengajarkan etika, tapi punya etiket buruk. Itu ada yang salah bukan saja pada soal otak menghasilkan persepsi, tetapi juga pilihan-pilihan untuk menentukan tindakan. Sementara buat orang yang dianggap nggak ngerti filsafat seperti etika, bisa jadi tindakannya malah mencerminkan pendidikan etiket dan kebiasaan yang baik. Terlepas dari kondisi awal semacam itu, maka ada baiknya juga untuk selalu ingat dan mengingatkan. Apalagi Endonesah darurat etiket pada saat sekarang. Udah buang sampah sembarangan, melengos, dikasihtau ngomel, didiemin ngelunjak, ogah ngantri, kagak bilang terimakasih, eh ngototan kagak minta maaf biar berasa benar sendiri. Parah kan?