broken image
broken image
broken image

Dunia Si Ferdot

  • Headline
  • About Me
  • My Books
  • My Blog
  • My Gallery
  • Contact Me
  • …  
    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me
    broken image
    broken image
    broken image

    Dunia Si Ferdot

    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me
    • …  
      • Headline
      • About Me
      • My Books
      • My Blog
      • My Gallery
      • Contact Me
      broken image

      Mencipta, Mengikuti atau Meniru?

      · Renungan

      Kalau ditanya apakah kebiasaan, cara, gaya dan atribut yang digunakan saat ini sebagai sebuah bentuk inisiatif atau cuma ikut-ikutan, maka orang cenderung baru berpikir. Apakah ini diciptakan sendiri, atau ikut-ikutan? Apakah ini hasil atau buah gagasan sendiri ataukah melihat orang lain menggunakan? Maka ada orang yang menjadi trend setter, ada juga yang jadi follower.

      Tipikal orang yang menjadi trend setter biasanya tanpa dibuat-buat. Orang lain belum melakukan, dia sudah nyaris meninggalkan. Orang lain belum kepikiran, dia sudah duluan. Trend setter kerap dikaitkan dengan selera, tetapi juga dapat berhubungan dengan hal lain seperti inovasi, terobosan atau sesuatu yang teramat baru dan kemudian diikuti oleh orang banyak. Maka istilah trend setter juga punya banyak padanan seperti initiator,  innovator, pace setter, avand gardist, stylist, trailblazer, leader, dan lainnya. Selain itu, trend setter di jaman sekarang juga dikaitkan dengan istilah influencer. Istilah ini suka dipahami dalam arti sempit yakni orang yang dibayar untuk mempopulerkan sesuatu yang kemudian akan dilakukan atau digunakan oleh orang banyak dalam konteks membeli. Padahal seorang influencer bukan saja mendapat profit atau bagian keuntungan dari larisnya sesuatu atau benda tersebut, tetapi juga benefit tak terlihat seperti popularitas dan juga apa yang dilakukan sekecil apapun akan diperhatikan dan ditiru orang lain. 

      Oleh karena itu seorang influencer memiliki makna ganda. Di satu sisi, ia berpikir beda karena inovasi terhadap trend yang dilakukan, di sisi lain ia menjadi terkenal pula karena menyebarluaskan dengan sengaja atau by designed. Urusan selera personal berubah menjadi selera pasar. Ini yang membedakan dari trend setter atau avand gardist pada umumnya. Mereka bisa saja melakukan inovasi, tetapi belum tentu menyebarluaskan dalam pengertian komersial. Padahal kembali ke pemahaman awal, trend bukanlah sekedar barang atau benda tetapi juga gagasan yang lebih luas. Ketika sampai pada urusan pasar, maka trend dilihat seperti soal busana, makanan, gadget, dan kebendaan lainnya.  

      Akan tetapi pada intinya, orang tidak gampang menjadi trend setter atau leader. Butuh pula semacam kharisma yang secara tidak langsung membuat orang lain menjadi tertarik dan mengikuti apa yang dilakukan. Berbeda dengan yang jadi followers, groupies, masses admirers atau ikut-ikutan aja. Ini pun juga tidak sebatas dalam pemahaman seperti hanya soal fashion, hobi atau kebendaan. Bisa pula dalam gagasan, gaya, perilaku atau sesuatu yang dianggap menguntungkan. Seorang follower akan melihat trend apa saja yang sedang terjadi dan menarik untuk diikuti. Lagi musim dagang seblak, ikut dagang seblak. Musim maen uang kripto, ikut pula maen kripto. Ia kan menikmati karena ada kesamaan dengan orang lain meski tanpa disadari bahwa trend juga bisa menjadi seumur jamur. Silih berganti hilang dan masih tetap ikut pula apa yang dianggap kekinian. Maka dari sinilah muncul istilah Fear Of Missing Out atau FOMO. Takut ketinggalan, takut dibilang nggak ngetren, takut nggak dapet inpoh apapun berkaitan dengan kekinian.

       

      Kalau followers menggunakannya sebagai sebuah bentuk kekinian, maka imitators mengolahnya menjadi sebuah keuntungan. 

       

      Baik menjadi trend setter atau follower sebenarnya nggak ada masalah. Ada yang mencipta, ada yang mengikut. Itu lumrah. Baru menjadi soal ketika ada yang meniru. Para imitators seperti inilah kemudian yang mengurangi kualitas baik benda atau ide. Mau cepat untung tapi ogah mikir keras, atau nggak mau menempuh jalan yang sama dengan para leader. Istilahnya, tinggal copy paste aja. Kalau followers menggunakannya sebagai sebuah bentuk kekinian, maka imitators mengolahnya menjadi sebuah keuntungan. Ceritanya mau jadi trend setter juga, tapi minim kreativitas dan ogah dibilang sekedar ikut-ikutan. Ketika dibuat serupa, kualitas tidak sama. Tentu saja akan ada kekurangan sana sini yang berakibat harus rempong perbaiki ini itu. Siapkah? belum tentu. Namanya juga barang atau gagasan KW. Begitu ada masalah bakal panik sendiri, atau nggak tau jalan keluar.

      Nah, coba pikirkan. Situ termasuk yang mana? Mencipta atau mengikuti? Atau jangan-jangan kopas sana sini.

       

       

      Subscribe
      Previous
      Antara Kecerdasan dan Empati
      Next
      Seperti Apa Proposal Yang Bagus?
       Return to site
      strikingly iconPowered by Strikingly
      Cookie Use
      We use cookies to improve browsing experience, security, and data collection. By accepting, you agree to the use of cookies for advertising and analytics. You can change your cookie settings at any time. Learn More
      Accept all
      Settings
      Decline All
      Cookie Settings
      Necessary Cookies
      These cookies enable core functionality such as security, network management, and accessibility. These cookies can’t be switched off.
      Analytics Cookies
      These cookies help us better understand how visitors interact with our website and help us discover errors.
      Preferences Cookies
      These cookies allow the website to remember choices you've made to provide enhanced functionality and personalization.
      Save