Istilah self respect atau menghargai diri sendiri sering didengar tapi belum tentu mudah dipahami apalagi dilaksanakan. Orang yang tidak menghargai diri sendiri, sudah pasti akan dipandang sebelah mata oleh yang lain. Harga diri itu penting, sebagai bentuk sejauh mana secara pribadi dapat mengukur kemampuan, menimbang prioritas dan kemudian menempatkan diri pada posisi yang benar. Artinya, harga diri tetap dimulai dari diri sendiri untuk memberi apresiasi ketimbang berharap orang lain lebih dulu memahami. Harga diri yang terlalu mahal akan dicap sombong dan belagu, tapi diri yang tak punya harga akan diremehkan dan dianggap tiada arti. Maka mengapresiasi diri sendiri adalah hal yang harus dilakukan, terlepas bagaimana opini orang lain.
Bagaimana caranya? Pertama, sudah barang tentu tidak membiarkan orang lain berbuat suka hati. Menerima permintaan bantuan orang lain sih boleh-boleh saja asal terukur sesuai dengan kapasitas, waktu, tenaga, pikiran dan juga resiko yang diterima. Banyak orang yang main manggut hiya ho'oh nggak mikir apakah dirinya sanggup, punya waktu, ada tenaga, bisa mikir dan dapat menerima konsekuensi tindakan. Sementara mereka yang meminta bantuan jadi keenakan. Tuman. Diki-dikit nadah tangan, dikit-dikit minjem, minta, bagi, tulung, tambahin, penuhin dan seterusnya. Kelihatan bahwa berimbang itu susah ya?
Kedua, konsekuensi yang muncul adalah jadi sulit menolak atau berani berkata tidak. Oleh karena keseringan dimintai, maka ada perasaan nggak enak untuk menegasi. Seolah takut mengecewakan. Sibuk mikirin perasaan orang lain, padahal mereka belum tentu juga mikir. Lama-kelamaan orang lain akan menggampangkan dan akibatnya diri menjadi semakin minder. Panteskah untuk melakukan? Sanggupkah untuk mengerjakan? Jika orang lain dengan seenaknya meminta terus menerus tanpa mikir, akibatnya perasaan nggak enakan itu berubah jadi minder abis. Inferior. Kayak nggak bisa hidup kalo nggak ada teman, sodara, habitat yang selama ini tanpa sadar memeras dan memanfaatkan.
“When you are content to be simply yourself and don’t compare or compete, everyone will respect you.” ~Lao Tzu
Ketiga, perasaan semacam itu membuat diri menjadi semakin takut akan penilaian orang. Di satu sisi ada perasaan tidak cukup puas terhadap diri sendiri untuk 'berbuat lebih baik lagi', sedangkan di sisi lain menjadi cemas bahwa orang akan memandang rendah padahal emang sudah rendah gegara diri sendiri. Ujungnya berasa harus bisa sempurna, padahal kesempurnaan itu tidak pernah ada. Nggak capek apa?
Itulah sebabnya, kunci untuk mengapresiasi diri adalah jelas dengan menjadi diri sendiri. Jika membantu orang tentu punya alasan yang bisa diterima oleh pertimbangan akal. Jika menolak, sudah pasti ada argumen yang tepat serta berani berkata tidak. Kalo cuma jadi orang nggak enakan, pencemas ntar begini entar begitu, apa kata orang lain, ya ke laut aja. Terlalu supportif juga nggak sehat dan malah bikin orang lain menjadi tergantung. Semakin berat digantung, semakin sulit untuk bisa memberi prioritas diri. Lebih baik tinggalkan. Sebab yang pantes buat tempat menggantung adalah tali jemuran, bukan orang. Maka harga diri mahal kan?