Sebelum protes, judul di atas itu adalah benar. Rendah hati atau humble adalah perasaan untuk berlaku tenang tanpa berlebihan, berdiam diri, tidak memberi reaksi yang cerminkan sikap sombong atau arogan. Istilah bahasa jaman dulu adalah jangan jadi congkak. Konon, dengan menjadi rendah hati maka ada dua benefit yang bisa didapat. Pertama, orang tidak akan dapat dengan mudah menduga apa yang terjadi karena minim reaksi. Kedua, orang juga menjadi merasa dihargai karena tidak dikecilkan. Bayangkan jika jumawa, tentu saja selain tidak disukai orang maka sifat itu juga menyebabkan dirinya menjadi semakin tertutup terhadap reaksi orang lain. Jadi ini soal bagaimana membuat reaksi antara diri dan orang lain menjadi tidak seimbang. Semakin diam, maka yang lain akan bereaksi. Begitu juga sebaliknya, semakin berkoar-koar maka akan dengan mudah diukur orang lain.
Akan tetapi yang perlu diperhatikan bahwa rendah hati itu bersifat orisinal, bukan sekedar polesan. Rendah hati selalu muncul dari kebiasaan, sikap yang memang sudah demikian apa-adanya. Rendah hati tidak bisa dibuat-buat. Kalau pun bisa, ya paling cuma sesaat karena kepentingan. Jadi rendah hati tidak pernah bisa dicoba, apalagi dicicipin. Mencoba untuk rendah hati, mengatakan untuk selalu rendah hati, atau bahkan mengingatkan diri agar bisa rendah hati termasuk juga kepada orang lain, adalah cermin bahwa sebenarnya diri itu memang tidak bisa rendah hati. Mengapa? Jika mencoba, mengatakan atau mengingat maka itu berarti bukan perilaku sebenarnya. Seperti halnya tinggi hati atau sombong, maka rendah hati selalu muncul kapan juga secara alamiah. Upaya untuk mengoreksi sifat secara tidak langsung menunjukkan bahwa aslinya bukan seperti itu.
"Don’t Be So Humble, You’re Not That Great" ~Golda Meir
Dengan kata lain, orang yang sebenarnya rendah hati secara alamiah itu tau persis bahwa dirinya punya kapasitas atau kemampuan tapi enggan untuk untuk unjuk diri. Begitu pula dengan yang tinggi hati. Menampilkan diri serba bisa, tau segala, atau bahkan mengungguli orang lain adaah bentuk kecemasan, rasa inferior atau minder yang harus ditutupi dengan proses kebalikan. Maka orang yang tengil, belagu, adalah orang yang sebenarnya tidak ngerti apa-apa. Ada banyak cara untuk bisa menutupi termasuk dengan menampilkan diri secara berlebihan untuk menutupi kelemahan. Lihat saja orang yang tidak pernah serius, membadut dalam setiap percakapan. Pastinya, memang kagak nyambung dan nggak paham tapi berupaya mencairkan suasana. Sebaliknya, orang yang benar-benar rendah hati tidak akan banyak bicara, menjelaskan apa yang diketahui dan perlu, serta mengatakan tidak tau atau tidak paham jika demikian.
Maka disitulah perbedaan yang sesungguhnya. Berani mengatakan tidak tau atau tidak paham itu adalah sifat rendah hati. Ini jelas sulit buat mereka yang terbiasa untuk menutupi ketidaktauan atau ketidakmengertian dengan berlagak paham. Sebab mengakui diri tidak paham adalah sesuatu yang dianggap memalukan, inferior, miskin pengetahuan, jadul, kolot, kuno, kampring, terbelakang. Padahal sih, memang demikian. Selain itu, buat yang terbiasa sombong, sifat rendah hati juga dianggap mengecilkan diri. Bukankah orang harus tampil maksimal? Tapi disitulah terlihat bahwa perbedaan berikutnya adalah rendah hati adalah strategi alamiah untuk bisa membuat diri menjadi diperhitungkan tanpa harus berpayah-payah. Orang yang tampil maksimal harus ekstra keras menjaga citra, membuat diri kelihatan bagus permanen, serta luarbiasa. Semakin keras menjaga, semakin jauh dari kenyataan. Sebab itu cuma imaji, bukan pembuktian yang konkret. Sombong karena beneran punya atau bisa? Itu populasinya sedikit bisa dihitung dengan jari.
Dengan kedua perbedaan tersebut, maka menjadi jelas bahwa urusan rendah atau tinggi hati adalah soal karakter yang tidak bisa dibuat-buat. Bisa diperbaiki? Pastinya bisa. Cuma butuh proses. Nggak akan menarik buat manusia mi instan yang pengen cepet-cepet mateng, sukses, kaya dan berhasil. Sebab pencapaian seperti itu dipandang permanen. Oleh karena itu tidak mengherankan jika mereka yang rendah hati akan selalu santai menghadapi segala situasi. Beda dengan yang biasa selalu tinggi hati, bisa panikan kalau ternyata ada yang di depan mata sudah diperkirakan dapat diraih ternyata luput. Terpaksa harus pake strategi kaki bebek. Di permukaan bisa kelihatan cengengesan bangga sudah dapet makan, padahal kaki sibuk mengayuh cari kesempatan. Kasian emang.