Dunia Si Ferdot

  • Headline
  • About Me
  • My Books
  • My Blog
  • My Gallery
  • Contact Me
  • …  
    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me

Dunia Si Ferdot

  • Headline
  • About Me
  • My Books
  • My Blog
  • My Gallery
  • Contact Me
  • …  
    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me

Dunia Sudah Suci Maka Berhentilah Memurnikan yang Sudah Murni

· Renungan

Adik istri saya adalah seorang difabel. Dia mengalami kecelakaan jatuh dari sepeda motor sehingga lumpuh separuh badan hingga seumur hidup. Nyonyah pernah bertanya kepada pemuka agama soal bagaimana akses pura yang dilihat tidak ramah kepada kursi roda. Dijawab, orang cacat itu adalah kelahiran neraka, sehingga pura memang sengaja dibuat tinggi agar tidak mudah dicapai. Itu jelas memukul hatinya.

Opini semacam itu juga muncul dalam sebuah kasus bunuh diri yang ditanggapi ~dengan napas yang sama dan orang berbeda, bahwa pelaku bunuh diri itu adalah penghuni neraka setan kelaparan. Tentu saja jika ditelusuri lebih dalam, akan ada banyak pendapat berdasarkan apa pun yang memberi pembenaran secara sederhana. Akan tetapi jika ditanya, rerata jawaban adalah katanya/kone, pernah dengar, dan kalau ada kutipan ya bisa saja apa pun juga dimunculkan.

Bagaimana Tantra memandang itu? Amat singkat dan tegas. Nggak perlu pakai sloka ini itu. Secara prinsip ontologi dualitas Śiva–Śhakti, semua makhluk adalah manifestasinya. Tidak ada tubuh yang “najis” atau “hukuman”. Kondisi difabel dipandang sebagai konfigurasi unik prāṇa yakni karma yang sama-sama suci dan bukan “kelahiran neraka”. Martabatnya pun setara; tubuh adalah mandala praktik, apa pun bentuknya. Selain itu karma juga tidak sama dengan vonis moral. Karma adalah kausal, bukan retributif atau pembalasan. Menyederhanakan penderitaan menjadi “pantas masuk neraka” adalah reduksionis dan melanggar ahiṁsā /nirkekerasan. Intensi atau saṅkalpa, kondisi batin, dan sebab-sebab semisal depresi, trauma mengubah bobot moral. Dengan kata lain, doktrin Tantrik tidak memberi karpet merah pada stigma.

Selain itu dari sisi etika, ukuran benar salah dilihat dari sisi karuṇā dan upāya. Apakah itu menembuhkan keberdayaan dan welas asih? Doktrin yang melabeli difabel atau keluarga yang ditinggal bunuh diri sebagai neraka/pretā adalah harm-producing; dalam logika Tantra itu adharma. Tugas praktisi adalah menjaga prāṇa (hidup), memelihara tubuh sebagai śarīra-maṇḍala, dan melindungi mereka yang rapuh. Maka dari sisi praktik dan ritual juga harus penuh ke praktik baik mantra, mudrā, atau pūjā dengan adaptasi dan bukan eksklusi atau sengaja tidak diikutsertakan. Kula-dṛṣṭi atau cara pandang keluarga ilahi, melihat semua manusia layak memasuki lingkaran suci.

Demikian pula dengan kematian karena bunuh diri, butuh ritus penenang (śānti), bimbingan, kesadaran dan doa transformatif yang berfokus pada pelepasan rasa bersalah, bukan cap neraka. Itu bertujuan menolong aliran kesadaran dan merawat yang ditinggalkan. Bagi yang masih hidup, jelas harus ada pendampingan psikologis dan spiritual terpada yang lebih sesuai dengan karuṇā tantrik ketimbang ancaman metafisik. Apa yang kerap tidak disadari adalah pada hakekatnya dunia ini sudah suci (viśva-śuddhatā) dan seluruh jagat dipandang tersusun dan ditembusi oleh Kesadaran Tertinggi atau Śiva–Śhakti (sarvaṃ śiva-mayaṃ), jadi tidak ada dikotomi mutlak antara suci dan nista. Jika semua adalah Śiva, maka segala yang kau cela itu juga Śiva. Bukankah duka, takut dan keterbatasan dapat menjadi gerbang kontemplasi sebagai bahan bakar pencerahan. Siapa bilang jadi neraka?

Maka tidak ada manusia yang pantas untuk diberi stigma. Difabel bukan “lahir dari neraka”, dan tragedi bunuh diri bukan tiket “setan kelaparan”. Respon yang sah secara tantrik adalah perlindungan hidup, pendampingan penuh welas asih, ritus yang menenangkan, serta bahasa yang menyembuhkan, bukan jadi vonis. Semoga semua jiwa terberkati. Swaha. (end)

Subscribe
Previous
Benarkah Filsafat Layak Dibuang?
Next
 Return to site
strikingly iconPowered by Strikingly
Cookie Use
We use cookies to improve browsing experience, security, and data collection. By accepting, you agree to the use of cookies for advertising and analytics. You can change your cookie settings at any time. Learn More
Accept all
Settings
Decline All
Cookie Settings
Necessary Cookies
These cookies enable core functionality such as security, network management, and accessibility. These cookies can’t be switched off.
Analytics Cookies
These cookies help us better understand how visitors interact with our website and help us discover errors.
Preferences Cookies
These cookies allow the website to remember choices you've made to provide enhanced functionality and personalization.
Save