broken image
broken image
broken image

Dunia Si Ferdot

  • Headline
  • About Me
  • My Books
  • My Blog
  • My Gallery
  • Contact Me
  • …  
    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me
    broken image
    broken image
    broken image

    Dunia Si Ferdot

    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me
    • …  
      • Headline
      • About Me
      • My Books
      • My Blog
      • My Gallery
      • Contact Me
      broken image

      Berbagi Lewat Uang Tip

      · Renungan

      Di negara ini, sejak dulu kita nggak pernah kenal yang namanya uang tip. Itu adalah uang yang diberikan oleh konsumen kepada pemberi jasa sebagai tambahan dari harga yang telah dibayarkan. Jadi kalo beli barang atau menggunakan jasa seperti makan di resto dan dilayani, ya harga makanannya aja. Paling banter ada service charge. Ini biasanya sebesar 5-10%. Di beberapa tempat seperti resto dan hotel bisa jadi 17-21% ditambah pajak lain yang ditanggung konsumen.

      Tapi service charge beda dengan tip, sebab tip langsung masuk ke pemberi layanan yakni waiter sebagai individu. Ada juga yang sistemnya mengumpulkan uang tip dari konsumen, kemudian di akhir hari dibagi rata. Kita baru kenal uang tip setelah adanya aplikasi pengantaran dan beli sesuatu melalui ojol. Itu pun tip diberikan berdasarkan nominal, bukan persentase. Di banyak negara yang sudah terbiasa dan mengatur besaran uang tip, paling rendah adalah 10%. Layanan yang dianggap biasa 15%, median standar 18% dan kalo puas adalah wajar ngasih 20%. Tapi ada juga negara yang tabu soal tip, sebab secara budaya pembeli sudah mendapat layanan dan masuk dalam service charge.

      Lantas kenapa ini jadi pembelajaran penting? Dengan adanya aplikasi yang memberi opsi uang tip saat ini, orang jadi paham bahwa pelayan, pengantar atau siapapun itu adalah faktor yang terlepas dari harga barang yang diberikan. Service charge belum tentu dipotong dan diterima oleh mereka. Jadi memberi langsung, adalah pilihan yang lebih baik. Oleh karena tidak terbiasa dengan persentase, maka nominal masih dianggap masuk akal. Lu beli barang seharga seratus ribu, wajarlah kasih goceng. Lebihin dikit jadi ceban juga oke.

      Sebab yang namanya servicing atau dilayani dalam konteks modern adalah beda dengan konteks primitif. Itulah sebabnya masih banyak orang jadi mentang-mentang. Seperti di resto cepat saji yang hakekatnya ambil sendiri, maka sehabis makan ditinggal begitu saja. Di resto umum sekali pun, jika nggak puas jadi mendadak kasar dan bentak. Dikit-dikit mengeluh. Pengen mewah, tapi adabnya kering. Boro-boro ngasih tip, kembalian 200 perak juga ditagih. Nggak malu apa?

       

      Subscribe
      Previous
      "Lebih Baik Sepuluh Burung Di Pohon Daripada Satu Di Tangan"
      Next
      Tahun Baru, Haruskah Serba Baru?
       Return to site
      strikingly iconPowered by Strikingly
      Cookie Use
      We use cookies to improve browsing experience, security, and data collection. By accepting, you agree to the use of cookies for advertising and analytics. You can change your cookie settings at any time. Learn More
      Accept all
      Settings
      Decline All
      Cookie Settings
      Necessary Cookies
      These cookies enable core functionality such as security, network management, and accessibility. These cookies can’t be switched off.
      Analytics Cookies
      These cookies help us better understand how visitors interact with our website and help us discover errors.
      Preferences Cookies
      These cookies allow the website to remember choices you've made to provide enhanced functionality and personalization.
      Save