Dalam setiap kesempatan atau pengalaman apapun yang sulit dikaitkan dengan akal sehat, maka biasanya orang menghubungkannya dengan sesuatu yang bersifat metafisik alias di luar fisika, di luar materi, dan di luar jangkauan logika pikir sebagaimana mestinya. Orang mengkaitkan kesempatan atau pengalaman itu, seperti melihat hantu, makhluk halus atau apapun bentuknya adalah hal gaib. Tentu saja yang metafisik ada banyak tipologi dan tingkatan; entah pengalaman spiritual atau batin sebagai sebuah pencarian, atau hanya sekedar insiden berpapasan yang berujung ketidaknyamanan. Nah, yang terakhir inilah kerap menjadi pengalaman untuk kemudian secara word of mouth menular dari satu orang ke orang lain, dari satu cerita ke cerita lain dengan pengembangan dan versi yang berbeda.
Kok bisa gitu? Pertama, sudah pasti apapun yang berkaitan dengan metafisik adalah sebuah pengalaman subyektif. Bisa jadi beberapa orang mengalaminya secara bersamaan, tapi jelas butuh pembuktian lebih. Sebagai sebuah pengalaman subyektif, sudah tentu juga bergantung kepada deskripsi atau penjelasan yang diberikan. Sebab tidak mengherankan juga jika dari seratus cerita, maka hanya beberapa saja yang betul-betul pengalaman nyata. Selebihnya adalah konon katanya, menurut teman, yang saya dengar dan seterusnya. Sebuah pengalaman subyektif yang orisinal sekalipun bisa jadi malah membuat orang enggan untuk bertutur secara terbuka. Bisa jadi ia tutup mulut karena tidak nyaman.
Jadi semakin wajar pula jika ada orang yang percaya dan ada yang tidak. Ini sebuah bentuk dilema. Di satu sisi, hampir semua keyakinan mengajarkan untuk percaya dengan entitas yang tak terlihat. Tuhan juga nggak kelihatan. Tapi di sisi lain, pertemuan dengan entitas yang ternyata beragam, berlapis dan bertingkat itu nyata terjadi dan butuh analisis yang cukup kuat untuk memilah dan mencari jawaban di tengah situasi yang misterium. Bukankah tidak ada yang cukup jelas hanya dengan mengandalkan penalaran dan pengetahhuan saja? Berapa banyak data dan fakta yang harus dikombinasi dan dibandingkan? Maka pembuktian terhadap sebuah kejadian hanyalah berhenti kepada fenomena dan seringkali jadi misteri yang tidak terselesaikan.
Hal yang paling mudah sebagai cara untuk menjelaskan adalah menyangkut perihal energi. Sebab energi ada dimana-mana dan tidak pernah bisa mati. Energi hanya bertanbah dan berkurang. Sama halnya dengan manusia yang ketika hidup mampu beraktivitas dan didukung oleh fisik. Ketika mati, entah jiwa, spirit atau apapun sebutan energi tadi menjadi lepas dengan penunjang fisik. Kemana energi itu? Mau menggantung, mengawang, berpendar atau kembali kepada sang Pencipta dalam cara apa itulah misteri. Energi pun bisa menjadi dingin dan negatif. Semakin dingin dan negatif akan merangsang rasa takut manusia dan memakannya untuk tetap eksis. Maka apa yang disebut sebagai hantu itu akan semakin nyata jika manusia yang berhadapan menjadi takut dengan wujud yang dtampilkan seperti bentuk seram, jijik dan lainnya.
Energi semacam itu tentu memberi demotivasi dan menghilangkan semangat. Padahal kekuatan manusia adalah harus tetap memelihara dan mengandalkan energi positif yang ada di dalam dirinya. Semisal rasa untuk tetap bersemangat, berani, tak kenal menyerah, penuh komitmen dan konsistensi adalah energi yang muncul dan dibutuhkan dalam segala hal, entah fisik atau non fisik. Di situlah kekuatan manusia yang sesungguhnya. Meyakinkan diri dengan berdoa atau berharapa adalah wajar, tapi tentu saja tidak ada artinya jika orang itu sendiri malah jadi jiper, cemen, takut menghadapi apapun di dalam hidupnya kan?
"I think in a lot of cases, ghosts are history demanding to be remembered." ~Jeff Belanger, in Most Terrifying Places in America
Maka persoalan yang lebih inti di sini adalah bukan soal ada hantu atau tidak, melainkan bagaimana reaksi manusia ketika berhadapan dengan segala hal yang tidak bisa dihadapi oleh akal sehat. Masih ada naluri, insting, semangat dan tekad yang bisa dipilih dan dilakukan untuk tetap terus ada di dalam hidup. Percuma dong bila mampu berpikir malah ujungnya tidak mampu memotivasi diri. Itulah kesempurnaan sebagai manusia; punya akal, mental, moral dan atribut psikologis lain yang sangat sayang jika tidak digunakan. Nah, jangan lari kalo ketemu hantu. Ajak ngobrol aja atau kalo ngeyel ya usir. Sebab nggak mungkin diajak ngopi kan?