broken image
broken image
broken image

Dunia Si Ferdot

  • Headline
  • About Me
  • My Books
  • My Blog
  • My Gallery
  • Contact Me
  • …  
    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me
    broken image
    broken image
    broken image

    Dunia Si Ferdot

    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me
    • …  
      • Headline
      • About Me
      • My Books
      • My Blog
      • My Gallery
      • Contact Me
      broken image

      Seperti Apa Sesungguhnya Orang Kaya?

      · Renungan

      Definisi dan kategori orang tajir versi dunia keuangan itu sederhana. Punya rekening sekian puluh em mengendap. Beneran mengendap alias kagak bergerak. Jadi misalnya ratusan milyar sekalipun kalo mondar mandir keluar masuk ya gak masuk itungan. Maka banyak orang suka keliru menilai apakah orang berduit itu identik dengan tajir atau bukan. Rerata yang beneran sugih itu nggak kelihatan berduit. Pamer malah sesungguhnya bukan milik pribadi, atau beli banyak barang buat ngurangin pajak.

      Menjadi kaya juga kagak ada urusannya dengan orang tua atau relasi keluarga. Itu privilese. Jangankan keuangan, soal sosial hingga politik pun juga banyak yang begitu. Menggapai relasi entah berkawan, kawin mawin, atau masuk dalam sebuah lingkaran itu cara alamiah buat selamat dan berkembang. Jadi kalo protes soal begituan, kelihatan manja aja. Masa' iye lu mau jadi garong, mainnya sama copet mulu? Kalo selama ini lu nggak masuk itungan, berrti emang salah pergaulan.

       

      "Money is like a love. The more you learn to live without, the more you'll have to live with"

       

      Pertama, menjadi kaya adalah soal karakter dan kemampuan. Ini kelihatannya basi, tapi setelah mewawancarai beragam orang sugih maka pertama mereka bukan orang baik tapi orang bener. Artinya, meski sederhana namun tau apa yang dimau. Lu kira macem Bill Gates bikin yayasan buat kebaikan? Pastinya buat ngurangin pajak dong. Yang mikir polos-polos aja, ya yang kerja di yayasan.

      Kedua, soal spending. Nggak ada beli yang nggak guna meski mampu, nggak ada juga beli dengan kredit. Apa-apa sebisa mungkin pake cash. Kartu kredit paling banter satu dua, nggak segepok macem kelas menengah. Sebab mereka tau bener jika kredit akan membuat pengeluaran menjadi berlipat ditambah biaya lain.

      Ketiga , sangat kalkulatif. Orang normal baru ngitung dua langkah, mereka terbiasa cepat di depan untuk sudah duluan mikir sepuluh langkah, lengkap dengan rencana ABC plus exit plan. Jadi itu sebabnya mereka seolah gercep ambil keputusan dan risiko, tapi sudah menimbang di jauh hari sebelumnya. Lu sodorin aja sebuah fakta, data dan kasus, bisa dengan segera jadi kesimpulan go or not go. Kelihatan bagus, bisa disikat. Kagak bagus lewat.

      Keempat, maka pola bisnisnya bisa dilihat bukan soal omzet, tapi rasio dan marjin. Omzet ratusan milyar ya percuma jika hutang piutang ikut naik. Kepala tambah pusing. Tapi jika rasio bisa ditekan dan marjin tambah lebar, bisnis kecil bisa jadi menguntungkan. Ada duit, punya waktu, menikmati hidup. Itu baru beneran kaya. Itu benefit, bukan lagi profit.

      Jadi siap nggak buat jadi orang sugih? Jangan jadi orang baik, jangan boros, jangan polos dan jangan cuma hidup apa adanya. Tau-tau pusing sendiri. Intinya ya jangan biasa-biasa ajalah.

      Like

      Comment


      Subscribe
      Previous
      Can Academics Be Trusted to Talk About Artificial...
      Next
      When the Present Stumbles, We Seek Refuge in the Past's...
       Return to site
      strikingly iconPowered by Strikingly
      Cookie Use
      We use cookies to improve browsing experience, security, and data collection. By accepting, you agree to the use of cookies for advertising and analytics. You can change your cookie settings at any time. Learn More
      Accept all
      Settings
      Decline All
      Cookie Settings
      Necessary Cookies
      These cookies enable core functionality such as security, network management, and accessibility. These cookies can’t be switched off.
      Analytics Cookies
      These cookies help us better understand how visitors interact with our website and help us discover errors.
      Preferences Cookies
      These cookies allow the website to remember choices you've made to provide enhanced functionality and personalization.
      Save