Dulu orang bermimpi menjadi kaya sebelum usia 40 tahun, bahkan sekarang sebelum 25 tahun. Umumnya, definisi menjadi kaya adalah punya banyak uang, tidak punya hutang, punya kesanggupan mau membeli apapun tanpa batas. Kaya identik dengan materi tak ada habisnya. Dengan demikian, menjadi kaya adalah situasi permanen tanpa perubahan yang menyusut. kalau bisa malah nambah terus.
Akan tetapi pertanyaannya, bagaimana menjadi kaya? Banyak orang berlomba dan tidak sedikit pun yang gagal. Ada juga yang berhasil sesuai definisi di atas, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Bisa dihitung jari malah. Gagal karena hanya mimikri dan replika. Melihat ada yang sukses main saham, ikut pula main saham. Ada yang berhasil ternak lele, ikut pula ternak lele. Padahal mimikri dan replika hanya mencontoh keberhasilan, tidak berikut dengan kegagalan. Namanya orang usaha pasti jatuh dan bangun kan?
Tips pertama menjadi kaya, jelas adalah soal mental. Percuma mimpi punya banyak duit, tapi mental tidak pernah siap. Kalau mau instan, paling banter ya ngerampok atau narkoba. Siap dipenjara? nggak juga ternyata. Mental menjadi kaya bukan bersenang-senang, tapi dilecut terus oleh kegagalan dan penderitaan. Makanya banyak yang muda berduit tapi tidak mengapresiasi perolehannya. sehingga tetiba boros bangkrut. Kaya juga bukan soal banyak duit tanpa hutang, tetapi mengelola manajemen keuangan dengan benar. Makanya banyak orang kaya, tapi juga punya hutang. Rasio pengeluaran jadi penting. Nggak kaya aja ditagih hutang, apalagi yang berduit.
Tips kedua adalah soal visi. Apa yang membuat diri berbeda dari orang lain, sehingga mampu punya visi, menjalankannya secara konsisten, berhasil dan kemudian menjaganya? Banyak yang sukses tapi tidak mampu merawat kesuksesan. Begitu bangkrut, mentalnya nggak siap juga ternyata. Masih berlagak punya duit, boros pula. Visi itu mutlak, namun harus diiringi oleh kengeyelan yang hakiki untuk beneran mau berhasil. Kalo cuma setengah separuh, oportunis, merasa bisa, kagak perlu diajarin, maen sikat, itu nggak punya visi melainkan orang kepepet. Dengan visi, orang harus mampu pula mengukur potensi dan resiko di dalam misi, aksi dan evaluasi selanjutnya.
Tips ketiga dan paling penting adalah modal sosial. Generasi pertama yang berpayah, generasi kedua menikmati dan generasi ketiga menghamburkan. Biasanya ya begitu. Lha situ siape? bergaul di mana? Maka relasi, koneksi, habitat dan ekosistem juga penting. Salah tempat, salah gaul ya gak kemana-mana. Persis seperti bercita-cita jadi rampok tapi mainnya sama copet. Biar drop out dari Harvard tapi temennya lain. Beda sama jebolan Unipersitas Gunung Slomot yang nongkrong pegang nutrisari campur autan. jadi ketika lihat orang tetiba sukses dan kaya, cek dulu anaknya siapa atau main dengan yang mana.
Itulah sebabnya menjadi kaya tidak identik dengan banyak duit. Sukses bukan berarti pencapaian permanen. Semua orang bisa berhasil, tapi menjaganya sulit. Semua bisa jadi kaya, tapi nggak semua siap dengan resiko. Kaya bukan ngejar uang, tapi dikejar uang. Maka sukses menjadi kaya adalah siap bertarung terus menerus, tapi belum tentu situ pula yang nikmatin. Sanggup?