broken image
broken image
broken image

Dunia Si Ferdot

  • Headline
  • About Me
  • My Books
  • My Blog
  • My Gallery
  • Contact Me
  • …  
    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me
    broken image
    broken image
    broken image

    Dunia Si Ferdot

    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me
    • …  
      • Headline
      • About Me
      • My Books
      • My Blog
      • My Gallery
      • Contact Me
      broken image

      Mental Kepiting

      · Renungan

       Taruhlah sejumlah kepiting hidup di dalam ember. Jika ada satu yang merangkak berjalan hendak keluar, maka yang lain dengan sigap menarik dirinya. Terus aja begitu. Tidak ada yang bisa bergerak maju sendirian. Beramai-ramai? Tidak juga. Akhirnya karena selalu menarik yang lain, maka semua tetap berkumpul di dalam ember. Sampai kemudian babang sifud memindahkannya ke dalam panci untuk siap direbus. Begitulah mental kepiting. Kalo gua nggak bisa, apalagi elu nggak boleh. Begitu pikirnya.

      Demikian pula dengan masyarakat kita. Jika ada satu orang yang hendak maju, bakal dilihat sebagai figur yang ambisius. Jika ada yang ingin berbuat sesuatu untuk tampil lebih baik untuk dirinya, maka yang lain akan nyinyir dengan bicara soal kepantasan, self-entitlement, moral bahkan juga hal-hal personal yang diungkit. “gua kan tau siapa dia”, atau“dulu sih orangnya gak gitu” adalah omongan yang bakal sering muncul untuk membicarakan yang bersangkutan. Apakah ada yang mendukung orang itu? Tidak. Apakah ada yang dirugikan? Tidak. Apakah kemudian mereka berani ngomong terang-terangan? Juga tidak. Paling banter jadi bahan gunjingan, gosip, ghibah yang pasang surut tergantung situasi. Masih mending kepiting dong langsung narik ya?

      Jadi wajar, kalau kita nggak pernah maju. Setiap tindakan maunya dilihat sebagai bentuk kolektif, sebab bergerak sendiri konon adalah tabu. Akan tetapi bergerombol pun juga tidak pernah menghasilkan. Larut dalam delusi keagungan yang seolah sudah berbuat banyak, tapi sebenarnya tidak pernah secara pasti menghasilkan apa-apa. Maka siapa pun juga yang mau bergerak tampil, lebih baik relakan. Dukung kalo bisa. Kalau tidak mampu mendukung, doakan. Tidak mau melihat, tutup mata. Sebab kembali lagi pertanyaan untuknya adalah berlaku sama kepada diri kita, emangnya situ sudah berbuat apa dan sejauh mana? Sebab sirik melihat orang lain sukses, adalah bagian dari hidup yang didera ketakutan. Nah! 

       

      Subscribe
      Previous
      Semua Ingin Menjadi Berlian
      Next
      Lelaki Pemalu Urusan Dapur
       Return to site
      strikingly iconPowered by Strikingly
      Cookie Use
      We use cookies to improve browsing experience, security, and data collection. By accepting, you agree to the use of cookies for advertising and analytics. You can change your cookie settings at any time. Learn More
      Accept all
      Settings
      Decline All
      Cookie Settings
      Necessary Cookies
      These cookies enable core functionality such as security, network management, and accessibility. These cookies can’t be switched off.
      Analytics Cookies
      These cookies help us better understand how visitors interact with our website and help us discover errors.
      Preferences Cookies
      These cookies allow the website to remember choices you've made to provide enhanced functionality and personalization.
      Save