broken image
broken image
broken image

Dunia Si Ferdot

  • Headline
  • About Me
  • My Books
  • My Blog
  • My Gallery
  • Contact Me
  • …  
    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me
broken image
broken image
broken image

Dunia Si Ferdot

  • Headline
  • About Me
  • My Books
  • My Blog
  • My Gallery
  • Contact Me
  • …  
    • Headline
    • About Me
    • My Books
    • My Blog
    • My Gallery
    • Contact Me
broken image

Berakrab Ikrib Dengan Kegagalan

· Renungan

Kegagalan adalah sukses yang tertunda. Konon katanya sih gitu. Tapi ternyata nggak juga. Banyak yang gagal dan ya udah, gagal mah gagal aja. Kondisi semacam itu terjadi ada yang berulang kali, ada yang berkepanjangan, ada juga yang macet anyep diam di tempat. Lantas apakah pepatah di atas itu omong kosong? Mengapa ada orang yang terpaksa harus akrab, memelihara bahkan hidup dengan kegagalan? Sudah banyak contoh yang terjadi soal bagaimana gagal akhirnya jadi temen sejati yang nggak pernah lepas mengikuti. Hidup dalam situasi yang tidak pernah ada perubahan menuju sesuatu yang harusnya bisa lebih baik. Malah stagnan alias tidak bergerak, bahkan gagalnya makin menjadi. Jangankan diam; ini malah bergerak mundur. Semua menyusut sampai nggak ada yang bisa dilakukan.

Lantas kenapa bisa gitu? Definisi kegagalan adalah sesuatu yang dipandang negatif. Entah hilang, putus, macet, atau situasi yang kontraproduktif. Gagal adalah ketika apa yang diusahakan malah tidak berjalan dengan mulus. Tapi biasanya orang menyalahkan kegagalan ketimbang mau mengevaluasi, melihat kembali proses atau memeriksa apakah yang dilakukan sudah benar atau belum, sudah lengkap atau belum, sudah pas atau belum. Bisa jadi apa yang dilakukan juga baru separuh, setengah, sebagian atau malah hanya sedikit lantaran tidak memperhitungkan masak-masak. Dalam tahapan ini, ada kecenderungan orang untuk tidak mempersiapkan segala sesuatu dengan menimbang banyal hal. Malah kadang cuma perspektif tunggal dan personal yang dipake. Sudah yakin duluan dengan skema subyektif yang dibuat. Ujungnya ya menggampangkan proses. Atau malah lebih ekstrim lagi, nggak mau berproses. Apa-apa maunya serba menggampangkan atau menganggap sepele. Baru kemudian terkaget-kaget karena situasi yang dihadapi tidak sama dengan yang dibayangkan. Ujungnya ya kicep.

Fenomena semacam itu memperlihatkan bahwa orang seringkali lalai dan lupa mempersiapkan diri dengan baik. Banyak keputusan yang diambil ternyata hanya berlandaskan emosi, nggak menghitung secara matang, atau bahkan nggak punya skema sama sekali. Berat? Ya sudah pasti jalan menuju sukses nggak ada yang mudah. Itu sama seperti mengira duit tumbuh di pohon. Dengan sikap emosional, mentah dan nggak pikir panjang, maka setiap keputusan yang diambil tak ubahnya cuma kayak orang kebelet. Pengen ini itu dengan cepat, siapa tau dapet dan lebih banyak zonk. Itu juga memperlihatkan bahwa sukses bukan sesuatu yang main-main atau iseng-iseng berhadiah. Ada fase yang harus dilalui, dipelajari, dialami dan kemudian baru bisa menerapkan dengan baik. Makanya nggak heran kalo gagal itu akur banget dengan orang yang sama sekali nggak bisa bertindak. Kalo cuma mikir, ya nggak dapet apa-apa. Pikiran tanpa tindakan ujungnya cuma dua; entah jadi komentator atau penonton yang sirik di pinggiran.

Sekarang coba saja dibalik; bagaimana dengan yang berhasil? Sudah pasti adalah yang tanpa jera masih mau mencoba dengan beragam alternatif, skema baru, cara baru, bongkar pasang ini itu sampai benar-benar sesuai dan menghasilkan. Butuh waktu ya pasti, butuh tenaga ya juga dikerjakan, butuh keringet, air mata bahkan darah juga bisa. Apa yang dicoba sudah pasti harus dengan beragam metode. Kalo cuma sekali berulang-ulang ya membentur batu. Kalo cuma sekali dan gagal terus kapok, ya selamat; artinya memang nggak kemana-mana kan?

“I can't give you a sure-fire formula for success, but I can give you a formula for failure: try to please everybody all the time.” ~ Herbert Bayard Swope

Sialnya, mereka yang berhasil pun kadang juga cuma dilihat dari pencapaiannya saja. Amat jarang orang yang tau dan paham bahwa untuk bisa sampai ke titik itu ada proses yang kompleks dan nggak sebentar. Maka mereka yang berkomentar dan cuma bisa sirik, mengira bahwa kesuksesan bisa ditiru dan direplika dengan mudah. Kalo bisa malah lebih berhasil. Asumsi semacam itu cuma datang dari mereka yang memang nggak kemana-mana. Seumur-umur kebentur batu terus. Kalo ada yang bisa disombongkan, nggak lebih dari mimikri terhadap orang lain. Coba saja dikejar; emang selama ini udah ngapain aja? Nah!

 

 

Subscribe
Previous
Perlukah Resolusi Akhir Tahun?
Next
Uang [Selalu] Bisa Bikin Bahagia
 Return to site
strikingly iconPowered by Strikingly
Cookie Use
We use cookies to improve browsing experience, security, and data collection. By accepting, you agree to the use of cookies for advertising and analytics. You can change your cookie settings at any time. Learn More
Accept all
Settings
Decline All
Cookie Settings
Necessary Cookies
These cookies enable core functionality such as security, network management, and accessibility. These cookies can’t be switched off.
Analytics Cookies
These cookies help us better understand how visitors interact with our website and help us discover errors.
Preferences Cookies
These cookies allow the website to remember choices you've made to provide enhanced functionality and personalization.
Save